MATERI PENDUKUNG UKG
Pilih salah satu jawaban yang paling benar !
1. Upaya membimbing siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial
antara lain terlihat dalam upaya guru ….
a. memberikan contoh pentingnya bersikap toleran
b. melatih siswa membuat keputusan yang diambil berdasarkan
informasi yang tepat
c. melatih bagaimana mempersiapkan kesehatan diri dan lingkungan
sekitar
d. mendiskusikan bagaimana
mengatasi permasalahan sosial di sekitar siswa.
2. Salah satu upaya guru dalam melaksankan langkah-langkah
perbaikan pembelajaran yang telahdirancang melalui Penelitian Tindakan Kelas
antara lain ….
a. guru meyakini ada masalah dalam
pembelajaran selama ini yang memerlukan peningkatan
b. guru melakukan introspekksi terhadap kelemahan yang ada dari
aspek guru
c. guru merancang upaya latihan mengerjakan soal-soal untuk
persiapan Ujian Nasional
d. guru mengevaluasi kembali rancangan mengatasi kelemahan yang
ada
3. Hasil analisis kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah
dilaksankan dapat digunakan guru
untuk :
a. mempertahankan kebiasaan mengajar karenan sudah lama dan banyak
pengalaman
b. mengusulkan penyediaan media pembelajaran yang canggih untuk
meningkatkan
pembelajaran
c. merancang ulang rancangan pembelajaran yang berdasarkan
analisis terbukti memiliki
kelemahan
d. melakukan latihan tambahan berupa test untuk para siswa
4. Upaya merancang pengayaan bagi perserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar optimal tampak
dalam kegiatan guru sebagai berikut:
a. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari pengarang
yang bereda
b. memberikan test tambahan dengan tingkat kesukaran lebih tinggi
c. memberian tambahan sumber bacaan yang lebih mendalam dan
tingkat variasi yang tinggi
berikut instrumen testnya yang sesuai
d. diberikan materi bahan ajar yang lebih tinggi tingkatannya dan
mengerjakan soal-soal yang
memiliki kesulitan tinggi
5. Dasar rancangan program remidi bagi peserta didik yang capaian
prestasinya di bawah ketuntasan
belajar ….
a. proses pengajaran remidial pada dasarnya adalah proses belajar
mengajar biasa
b. tujuan pengajaran remidial adalah sama dengan test diagnostik
c. sasaran terpenting pengajaran remidial adalah peningkatan
kecerdasan siswa
d. strategi yang dipilih hanya berbentuk test ulang
6. Salah satu prinsip merancang program remidial bagi peserta
didik tampak dalam kegiatan guru ….
a. membuat rancangan pembelajaran khusus untuk siswa peserta
remidial
b. menggunakan rancangan pembelajaran yang telah dibuat dengan
memperhatikan hasil
temuan analisis evaluasi belajar siswa
c. menggunakan rancangan pembelajaran baru yang berbeda sama
sekali dengan rancangan
yang ada.
d. merancang test ulang saja tanpa ada pengulangan penjelasan
materi
7. Upaya guru menggunakan hasil analisis untuk menentukan
ketuntasan belajar antara lain sebagai
berikut...
http://penilaian-kinerja-guru.blogspot.com/
a. menentukan kriteria keberhasilan belajar
b. mengklasifikasi siswa berdasarkan hasil capaian belajarnya
c. mencari letak kelmahan secara umum dilihat dari kriteria
keberhasilan yang diharapkan
d. merencanakan pengajaran remidi
8. Perhatikan pernyataan-pernyatan berikut:
1. Mendata siswa yang memiliki kecerdasan (IQ) tinggi
2. Menganaalisis soal yang paling banyak salah dan pling banyak
benar dijawab siswa
3. Menganalisis latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya orang
tua mereka
4. Mengevaluasi sitem PBM secara menyeluruh berdasarkan atas dasar
analisis penilaian belajar
Peryataan di atas yang merupakan langkah guru menginterpretasi
hasil analisis evaluasi hasil
belajar adalah...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
9. Upaya untuk menganalisis hasil penilaian proses antara lain
berupa kegiatan guru...
a. memeriksa dan memberikan nilai terhadap hasil catatan aktivitas
tiap siswa dalam kegiatan
di kelas
b. melakukan wawancara tambahan dengan siswa yang beraktifitas
sangat positip
c. merencanakan pembelajaran remidial bagi siswa yang kurang baik
berdasarkan penilaian
non test
d. melakukan wawancara tambahan dengan siswa yang beraktivitas
kurang baik
10. Penilaian portofolio dapat dilaksankan dengan cara ….
a. memberikan penilaian menyeluruh terhadap tugas-tugas siswa
b. mengumpulkan lembaran-lembaran jawaban hasil test harian dan
sumatif tiap siswa
c. mengumpulkan hasil kerja masing-masing siswa yang telah
diberikan masukan baik oleh
guru dan rekan siswaa dalam sustu album sebagai bukti hasil
belajar
d. mengumpulkan lembaran-lembaran jawaban hasil ulangan tiap siswa
untuk melihat
kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan tertentu dan kemudian
diberikan
pengajaran dan test remidial
KOMPETENSI
PEDAGOGIK
KOMPETENSI PEDAGOGIK
I. Pendahuluan
Kompetensi Pedagogik dalam standar nasional
pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Dalam RPP tentang guru dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik. Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang
dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Baik itu bagi
sekolah berstandar internasional, sekolah berstandar nasional, maupun
sekolah-sekolah lain yang tidak memiliki label-label seperti itu.
Guru harus belajar secara maksimal untuk
menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktik. Dari sinilah, perubahan
dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif.
II. Pembahasan
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru
diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu,
kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing, dan memimpin
peserta didik.
Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2007,
kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang
dirangkum dalam 10 kompetensi inti berikut :
1. Menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emsional dan intelektual.
Secara fisik guru bisa melihat kesehatan
anak. Secara moral, guru memantau perkembangan moral anak didik. Secara
spiritual, guru membimbing anak didik untuk menghayati ajaran agama dan
mengamalkannya. Secara sosial, guru memperhatikan pergaulan anak didik. Secara
cultural, guru mengamati kemampuan anak didik dalam memahami kebudayaan local
daerahnya yang khas yang
tidak ada pada daerah lain. Secara emosional, guru harus memahami emosional
anak didik. Secara intelektual, guru harus memotivasi anak didik dalam
mengembangkan petensi dan bakatnya secara produktif.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik
Dalam mengajar anak didik, guru harus
menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran
Kurikulum adalah ruh sekolah. Dengan
kurikulum pembelajaran dilakukan. Seorang guru harus benar-benar memahami
kurikulum yang diselenggarakan sehingga target pembelajaran tidak meleset atau
sesuai rencana.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis
Pembelajaran yang mendidik berarti
pembelajaran yang meningkatkan aspek intelektual, keterampilan, dan moralitas
anak didik. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan harus dialogis yang melibatkan
secara aktif peran murid. Anak didik harus diberi ruang aktualisasi yang
terbuka, demokratis, dan partisipatif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
TIK sangat penting untuk memacu semangat
anak didik, sehingga mereka merasa tidak ketinggalan zaman.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
Guru yang baik selalu memberikan kesempatan
aktualisasi potensi peserta didik secara luas, maksimal dan memuaskan.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
Komunikasi guru dan murid sangat
berpengaruh terhadap kedekatan da efektivitas proses pembelajaran yang
dilakukan guru.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi belajar dan
hasil belajar
Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil
belajar adalah tugas penting untuk mengetahui efektivitas pembelajaran yang
dilakukan.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
Hasil penilaian dan evaluasi
digunakan untuk mengembangkan proses pembelajaran berikutnya.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
III. Penutup
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Kompetensi
intinya adalah :
1. Menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emsional dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait
dengan mata pelajaran
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi belajar dan
hasil belajar
9. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Sebagai seorang calon guru hendaknya kita
harus betul-betul memiliki kompetensi pedagogic ini, sehingga kita bisa menjadi
seorang guru yang professional.
Sumber Baca :
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 kompetensi guru menyenangkan dan
professional. Yogyakarta : Power books.
Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi KTSP
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Materi Pendukung Uji Kompetensi Guru (UKG)
Materi Pendukung Uji Kompetensi
Guru (UKG)
Oleh: Gede Putra Adnyana
Uji Kompetensi
Guru yang selanjutnya disebut UKG adalah pengujian terhadap penguasaan
kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar
penetapan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian
kinerja guru. (Permendikbud No. 57 Tahun 2012). UKG dilakukan untuk pemetaan
kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian guru
berkelanjutan yang dilakukan secara periodik. Dengan demikian aspek yang diuji
dalam UKG adalah kompetensi pedagogik dan profesional dalam ranah kognitif.
Kompetensi
pedagogik yang diuji meliputi: 1) mengenal karakteristik dan potensi peserta
didik, 2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif,
3) menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum, 4) menguasai
langkah-langkah pembelajaran yang efektif, dan 5) menguasai sistem, mekanisme,
dan prosedur penilian.
Sedangkan
kompetensi profesional yang diuji meliputi: 1) menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu guru,
2) menguasai metodologi keilmuan sesuai bidang tugas yang dibebankan kepada
guru, dan 3) menguasai hakikat profesi guru.
Sebagai bahan
persiapan, berikut disajikan sebagian materi pendukung berkaitan dengan UKG
tersebut. (Semoga bermanfaat
dan semoga Kebaikan selalu dating dari segala penjuru)
Kompetensi Inti Guru dan
Kompetensi Guru Mata Pelajaran Kimia
1. Menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional,dan intelektual.
1.2 Memahami
karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual,
sosialemosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosialbudaya.
1.3
Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.4
Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu.
1.5
Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu.
Indikator Esensial
1.1.1 Mengetahui ciri-ciri
fisik peserta didik
1.1.2 Mengetahui sikap dan
perilaku peserta didik
1.2.2 Mengetahui latarbelakang
sosial dan kultur peserta didik
1.2.2 Mengetahui potensi yang
dimiliki siswa dalam pelajaran kimia
1.3.1 Mengetahui kemampuan awal
siswa dalam pelajaran kimia
1.4.1 Mengetahui kesulitan
belajar siswa dalam pelajaran kimia
Materi Pendukung Uji Kompetensi
Guru (UKG)
1. Perkembangan Fisik Peserta Didik
Secara fisik masa
remaja ditandai dengan perubahan fisiologis menuju kematangan sehingga mampu
berreproduksi, yang disebut dengan masa pubertas. Perubahan yang tampak jelas
adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.
Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan
ciri-ciri seks sekunder, meliputi:
(1) Remaja pria,
Matangnya organ– organ seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar
14– 15 tahun mengalami mimpi basah.
(2) Remaja
wanita, Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur).
Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang diperlukan untuk
kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada usia 11– 15 tahun,
menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kadang
kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.
2. Pembentukan Sikap dan Perilaku
Sikap terbentuk
melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman seseorang, dan bukan faktor
bawaan (faktor intern) seseorang, serta tergantung obyek tertentu (Jalaluddin,
1996:187). Menurut Darmiyati Zuchdi (1995: 57) bahwa dalam interaksi sosial,
individu membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang
dihadapinya. Azwar (1998: 30-38) menyebutkan berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap itu antara lain yaitu; pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
lain yang dianggab penting, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama,
dan faktor emosi dalam diri individu.
Menurut pandangan
psikologi, sikap mengadung unsur penilaian dan reaksi afektif, sehingga
menghasilkan motif. Menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189), menyatakan bahwa
motif menentukan tingkah laku nyata (overt behaviour) sedangkan reaksi
afektif bersifat tertutup (covert). Motif sebagai daya pendorong arah
sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah-laku nyata pada diri
seseorang atau kelompok. Sedangkan motif dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi. Motif demikian biasanya akan
menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai central attitude (penentu sikap) yang akhirnya akan
membentuk predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada
tingkat usia dini. Predisposisi menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189)
merupakan sesuatu yang telah dimiliki seseorang semenjak kecil sebagai hasil
pembentukan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini tergambar bagaimana hubungan
pembentukan sikap sehingga menghasilkan pola tingkah laku tertentu.
3. Latar Belakang Sosial Budaya Peserta Didik
Status sosial
ekonomi, merupakan gabungan antara pendapatan, pekerjaan, dan tingkat
pendidikan keluarga peserta didik. Status ini berhubungan erat dengan
performans peserta didik. Pengaruh status sosial ekonomi ini bekerja melalui:
kebutuhan dasar dan pengalaman, keterlibatan orangtua, dan sikap-sikap serta
nilai-nilai. Oleh karena itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang
aman dan terstruktur, menggunakan contoh yang bagus, mengaitkan bahan belajar
dengan kehidupan siswa, dan menggiatkan ineraksi dalam kegiatan belajar.
Faktor
Budaya menunjuk pada sikap-sikap, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan pola
perilaku yang menjadi ciri suatu kelompok social. Factor ini mempengaruh
keberhasilan dalam sekolah melalui sikap, nilai, dan cara pandang terhadap
dunia. Sebagai bagian dari budaya, latar belakang etnik juga mempengaruhi
keberhasilan peserta didik melalui sikap dan nilai-nilai. Implikasinya, guru
harus memahami peserta didiknya dengan: (1) berusaha mempelajari kebudayaan
peseta didik yang diajarnya, dan (2) berusaha menyadarkan peserta didik
terhadap nilai-nilai dan keberhasilan orang-orang dari etnik dan budaya
minoritas
4. Identifikasi Potensi Peserta Didik
Untuk
mengidentifikasi potensi peserta didik dapat dikenali dari: 1) ciri-ciri
(indikator) keberbakatan peserta didik dan 2) kecenderungan minat jabatan.
Ada tiga
kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di atas
rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity) tergolong
tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.
Lebih lanjut
Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk
pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat memiliki perbendaharaan
kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju dibandingkan peserta didik biasa;
cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami prinsip dasar dari suatu
konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada; mengingat dengan tepat serta
memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan
yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri
kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa;
menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan; sering
mengajukan tanggapan yang unik dan pintar; tidak terhambat mengemukakan
pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba; peka terhadap keindahan dan
segi-segi estetika dari lingkungannya. (3) komitmen terhadap tugas sering
dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam
dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat tangguh dan ulet
menyelesaikan masalah; bosan menghadapi tugas rutin; mendambakan dan mengejar
hasil sempurna; lebih suka bekerja secara mandiri; sangat terikat pada
nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk; bertanggung jawab,
berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Kecenderungan
minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland
(1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya.
Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua
jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai
kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut disajikan
kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
1.
Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa
adanya atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang,
keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2.
Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai
penyelidik. Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis,
suka yang rumit, rasa ingin tahu besar.
3.
Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri
kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis,
imajinatif, terbuka.
4.
Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap
kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama,
sabar, bersahabat, rendah hati, menolong, dan hangat.
5.
Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang
usaha. Ciri-cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka
bicara.
6. Tidak mau berubah (conventional), yaitu
kecenderungan untuk mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap
perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh konsisten
5. Proses Identifikasi Pontensi Peserta Didik
Potensi
peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada peserta didik.
Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu
dengan menggunakan data objektif dan data subjektif.
Identifikasi
melalui penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain : a) skor tes
inteligensi individual, b) skor tes inteligensi kelompok, c) skor tes akademik,
dan d) skor tes kreativitas.
Sedangkan
identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari: a) ceklis
perilaku, b) nominasi oleh guru, c) nominasi oleh orang tua, d) nominasi oleh
teman sebaya dan e) nominasi oleh diri sendiri.
Biasanya
prestasi akademik yang dilihat dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata
pelajaran : Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial,
Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data
subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan
ciri (indikator) keberbakatan yang terkait.
6. Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan awal
dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum materi baru diperoleh.
Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki
pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi.
Kemampuan awal atau prior knowledge (PK) merupakan langkah penting di dalam
proses belajar. Dari berbagai
penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar memerlukan suasana stabil, nyaman
dan familiar atau menyenangkan. Lingkungan belajar, dalam konteks PK, harus
memberikan suasana yang mendukung keingintahuan peserta didik, semangat untuk
meneliti atau mencari sesuatu yang baru, bermakna, dan menantang. Menciptakan
kesempatan yang menantang para peserta didik untuk ”memanggil kembali” PK
merupakan upaya yang esensial.
Dengan cara-cara
tersebut maka pengajar/instruktur/fasilitator mendorong peserta didik untuk
mengubah pola pikir, dari mengingat informasi yang pernah dimilikinya menjadi
proses belajar yang penuh makna dan memulai perjalanan untuk menghubungkan
berbagai jenis kejadian/peristiwa dan bukan lagi mengingat-ingat pengalaman
yang ada secara terpisah-pisah. Dalam seluruh proses tadi, PK merupakan elemen
esensial untuk menciptakan proses belajar menjadi sesuatu yang bermakna.
Dalam proses
belajar, PK merupakan kerangka di mana peserta didik menyaring informasi baru
dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajari olehnya. Proses membentuk makna melalui membaca
didasarkan atas PK di mana peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya.
7. Kesulitan Belajar Siswa
Cooney, Davis & Henderson
(1975) mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, di
antaranya:
1) Faktor Fisiologis
Faktor ini
meliputi kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh
lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu
belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses,
menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan.
Di samping itu,
siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran,
penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan
belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang
guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa ini.
2) Faktor Sosial
Merupakan suatu
kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa
sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan
anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab
kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta
masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar
sepenuh hati.
Intinya,
lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar
semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini,
lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk
berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup
seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang
berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi,
orang tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat
menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam
membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di samping
perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat
menentukan.
3) Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang
mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh.
Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah
bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi
dengan baik.
Yang perlu
mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat
menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga menyebabkan mereka
tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya
jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai usaha keras
siswa. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi.
Intinya, tindakan
seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan tersebut
dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan
seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.
4) Faktor Intelektual
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang
sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus
meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa
yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi
tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang
sangat sulit membayangkan dan bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi
dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di
samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak
memiliki pengetahuan prasyarat.
5) Faktor Kependidikan
Faktor-faktor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum
mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa,
guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang
membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah
memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada
sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada
akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Idealnya, setiap
guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari
setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab
kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti
ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti
pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi
kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan
pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada
keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.
Daftar Pustaka
Cooney, T.J.,
Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching Secondary School
Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company