Banner

Rabu, 18 November 2015

MATERI PENDUKUNG UKG
Pilih salah satu jawaban yang paling benar !
1. Upaya membimbing siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial antara lain terlihat dalam upaya guru ….
a. memberikan contoh pentingnya bersikap toleran
b. melatih siswa membuat keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang tepat
c. melatih bagaimana mempersiapkan kesehatan diri dan lingkungan sekitar
d. mendiskusikan bagaimana mengatasi permasalahan sosial di sekitar siswa.
2. Salah satu upaya guru dalam melaksankan langkah-langkah perbaikan pembelajaran yang telahdirancang melalui Penelitian Tindakan Kelas antara lain ….
a. guru meyakini ada masalah dalam pembelajaran selama ini yang memerlukan peningkatan
b. guru melakukan introspekksi terhadap kelemahan yang ada dari aspek guru
c. guru merancang upaya latihan mengerjakan soal-soal untuk persiapan Ujian Nasional
d. guru mengevaluasi kembali rancangan mengatasi kelemahan yang ada
3. Hasil analisis kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksankan dapat digunakan guru
untuk :
a. mempertahankan kebiasaan mengajar karenan sudah lama dan banyak pengalaman
b. mengusulkan penyediaan media pembelajaran yang canggih untuk meningkatkan
pembelajaran
c. merancang ulang rancangan pembelajaran yang berdasarkan analisis terbukti memiliki
kelemahan
d. melakukan latihan tambahan berupa test untuk para siswa
4. Upaya merancang pengayaan bagi perserta didik yang mencapai ketuntasan belajar optimal tampak
dalam kegiatan guru sebagai berikut:
a. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari pengarang yang bereda
b. memberikan test tambahan dengan tingkat kesukaran lebih tinggi
c. memberian tambahan sumber bacaan yang lebih mendalam dan tingkat variasi yang tinggi
berikut instrumen testnya yang sesuai
d. diberikan materi bahan ajar yang lebih tinggi tingkatannya dan mengerjakan soal-soal yang
memiliki kesulitan tinggi
5. Dasar rancangan program remidi bagi peserta didik yang capaian prestasinya di bawah ketuntasan
belajar ….
a. proses pengajaran remidial pada dasarnya adalah proses belajar mengajar biasa
b. tujuan pengajaran remidial adalah sama dengan test diagnostik
c. sasaran terpenting pengajaran remidial adalah peningkatan kecerdasan siswa
d. strategi yang dipilih hanya berbentuk test ulang
6. Salah satu prinsip merancang program remidial bagi peserta didik tampak dalam kegiatan guru ….
a. membuat rancangan pembelajaran khusus untuk siswa peserta remidial
b. menggunakan rancangan pembelajaran yang telah dibuat dengan memperhatikan hasil
temuan analisis evaluasi belajar siswa
c. menggunakan rancangan pembelajaran baru yang berbeda sama sekali dengan rancangan
yang ada.
d. merancang test ulang saja tanpa ada pengulangan penjelasan materi
7. Upaya guru menggunakan hasil analisis untuk menentukan ketuntasan belajar antara lain sebagai
berikut...
http://penilaian-kinerja-guru.blogspot.com/
a. menentukan kriteria keberhasilan belajar
b. mengklasifikasi siswa berdasarkan hasil capaian belajarnya
c. mencari letak kelmahan secara umum dilihat dari kriteria keberhasilan yang diharapkan
d. merencanakan pengajaran remidi
8. Perhatikan pernyataan-pernyatan berikut:
1. Mendata siswa yang memiliki kecerdasan (IQ) tinggi
2. Menganaalisis soal yang paling banyak salah dan pling banyak benar dijawab siswa
3. Menganalisis latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya orang tua mereka
4. Mengevaluasi sitem PBM secara menyeluruh berdasarkan atas dasar analisis penilaian belajar
Peryataan di atas yang merupakan langkah guru menginterpretasi hasil analisis evaluasi hasil
belajar adalah...
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4
9. Upaya untuk menganalisis hasil penilaian proses antara lain berupa kegiatan guru...
a. memeriksa dan memberikan nilai terhadap hasil catatan aktivitas tiap siswa dalam kegiatan
di kelas
b. melakukan wawancara tambahan dengan siswa yang beraktifitas sangat positip
c. merencanakan pembelajaran remidial bagi siswa yang kurang baik berdasarkan penilaian
non test
d. melakukan wawancara tambahan dengan siswa yang beraktivitas kurang baik
10. Penilaian portofolio dapat dilaksankan dengan cara ….
a. memberikan penilaian menyeluruh terhadap tugas-tugas siswa
b. mengumpulkan lembaran-lembaran jawaban hasil test harian dan sumatif tiap siswa
c. mengumpulkan hasil kerja masing-masing siswa yang telah diberikan masukan baik oleh
guru dan rekan siswaa dalam sustu album sebagai bukti hasil belajar
d. mengumpulkan lembaran-lembaran jawaban hasil ulangan tiap siswa untuk melihat
kesulitan siswa dalam memahami pokok bahasan tertentu dan kemudian diberikan
pengajaran dan test remidial

KOMPETENSI PEDAGOGIK


KOMPETENSI PEDAGOGIK

I. Pendahuluan
Kompetensi Pedagogik dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dalam RPP tentang guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi utama yang harus dimiliki guru agar pembelajaran yang dilakukan efektif dan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Baik itu bagi sekolah berstandar internasional, sekolah berstandar nasional, maupun sekolah-sekolah lain yang tidak memiliki label-label seperti itu.
Guru harus belajar secara maksimal untuk menguasai kompetensi pedagogik ini secara teori dan praktik. Dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat dan produktif.

II. Pembahasan
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu, kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing, dan memimpin peserta didik.
Menurut Permendiknas nomor 17 tahun 2007, kompetensi pedagogik guru mata pelajaran terdiri atas 37 buah kompetensi yang dirangkum dalam 10 kompetensi inti berikut :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emsional dan intelektual.
Secara fisik guru bisa melihat kesehatan anak. Secara moral, guru memantau perkembangan moral anak didik. Secara spiritual, guru membimbing anak didik untuk menghayati ajaran agama dan mengamalkannya. Secara sosial, guru memperhatikan pergaulan anak didik. Secara cultural, guru mengamati kemampuan anak didik dalam memahami kebudayaan local daerahnya  yang khas yang tidak ada pada daerah lain. Secara emosional, guru harus memahami emosional anak didik. Secara intelektual, guru harus memotivasi anak didik dalam mengembangkan petensi dan bakatnya secara produktif.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
Dalam mengajar anak didik, guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
Kurikulum adalah ruh sekolah. Dengan kurikulum pembelajaran dilakukan. Seorang guru harus benar-benar memahami kurikulum yang diselenggarakan sehingga target pembelajaran tidak meleset atau sesuai rencana.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
Pembelajaran yang mendidik berarti pembelajaran yang meningkatkan aspek intelektual, keterampilan, dan moralitas anak didik. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan harus dialogis yang melibatkan secara aktif peran murid. Anak didik harus diberi ruang aktualisasi yang terbuka, demokratis, dan partisipatif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
TIK sangat penting untuk memacu semangat anak didik, sehingga mereka merasa tidak ketinggalan zaman.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
Guru yang baik selalu memberikan kesempatan aktualisasi potensi peserta didik secara luas, maksimal dan memuaskan.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
Komunikasi guru dan murid sangat berpengaruh terhadap kedekatan da efektivitas proses pembelajaran yang dilakukan guru.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi belajar dan hasil belajar
Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar adalah tugas penting untuk mengetahui efektivitas pembelajaran yang dilakukan.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
 Hasil penilaian dan evaluasi digunakan untuk mengembangkan proses pembelajaran berikutnya.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

III. Penutup
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Kompetensi intinya adalah :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emsional dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi belajar dan hasil belajar
9. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Sebagai seorang calon guru hendaknya kita harus betul-betul memiliki kompetensi pedagogic ini, sehingga kita bisa menjadi seorang guru yang professional.

Sumber Baca :
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 kompetensi guru menyenangkan dan professional. Yogyakarta : Power books.
Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
 miftaaaa  17.57 







Materi Pendukung Uji Kompetensi Guru (UKG)


Materi Pendukung Uji Kompetensi Guru (UKG)
Oleh: Gede Putra Adnyana

Uji Kompetensi Guru yang selanjutnya disebut UKG adalah pengujian terhadap penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai dasar penetapan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari penilaian kinerja guru. (Permendikbud No. 57 Tahun 2012). UKG dilakukan untuk pemetaan kompetensi dan sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dilakukan secara periodik. Dengan demikian aspek yang diuji dalam UKG adalah kompetensi pedagogik dan profesional dalam ranah kognitif.
Kompetensi pedagogik yang diuji meliputi: 1) mengenal karakteristik dan potensi peserta didik, 2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, 3) menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum, 4) menguasai langkah-langkah pembelajaran yang efektif, dan 5) menguasai sistem, mekanisme, dan prosedur penilian.
Sedangkan kompetensi profesional yang diuji meliputi: 1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu guru, 2) menguasai metodologi keilmuan sesuai bidang tugas yang dibebankan kepada guru, dan 3) menguasai hakikat profesi guru.
Sebagai bahan persiapan, berikut disajikan sebagian materi pendukung berkaitan dengan UKG tersebut. (Semoga bermanfaat dan semoga Kebaikan selalu dating dari segala penjuru)
Kompetensi Inti Guru dan Kompetensi Guru Mata Pelajaran Kimia
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,dan intelektual.
1.2 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosialemosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosialbudaya.
1.3 Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.4 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
1.5 Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.
Indikator Esensial
1.1.1 Mengetahui ciri-ciri fisik peserta didik
1.1.2 Mengetahui sikap dan perilaku peserta didik
1.2.2 Mengetahui latarbelakang sosial dan kultur peserta didik
1.2.2 Mengetahui potensi yang dimiliki siswa dalam pelajaran kimia
1.3.1 Mengetahui kemampuan awal siswa dalam pelajaran kimia
1.4.1 Mengetahui kesulitan belajar siswa dalam pelajaran kimia

Materi Pendukung Uji Kompetensi Guru (UKG)
1. Perkembangan Fisik Peserta Didik
Secara fisik masa remaja ditandai dengan perubahan fisiologis menuju kematangan sehingga mampu berreproduksi, yang disebut dengan masa pubertas. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.
Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder, meliputi:
(1) Remaja pria, Matangnya organ– organ seks yang memungkinkan remaja pria yang berusia sekitar 14– 15 tahun mengalami mimpi basah.
(2) Remaja wanita, Ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur). Ovarium menghasilkan ovum dan mengeluarkan hormon- hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada usia 11– 15 tahun, menstruasi pertama sering ditandai dengan sakit kepala, sakit pinggang, kadang kejang, lelah, depresi dan mudah tersinggung.
2. Pembentukan Sikap dan Perilaku
Sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman seseorang, dan bukan faktor bawaan (faktor intern) seseorang, serta tergantung obyek tertentu (Jalaluddin, 1996:187). Menurut Darmiyati Zuchdi (1995: 57) bahwa dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya. Azwar (1998: 30-38) menyebutkan berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain yaitu; pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggab penting, media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu.
Menurut pandangan psikologi, sikap mengadung unsur penilaian dan reaksi afektif, sehingga menghasilkan motif. Menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189), menyatakan bahwa motif menentukan tingkah laku nyata (overt behaviour) sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup (covert). Motif sebagai daya pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah-laku nyata pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi. Motif demikian biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai central attitude (penentu sikap) yang akhirnya akan membentuk predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini. Predisposisi menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189) merupakan sesuatu yang telah dimiliki seseorang semenjak kecil sebagai hasil pembentukan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini tergambar bagaimana hubungan pembentukan sikap sehingga menghasilkan pola tingkah laku tertentu.
3. Latar Belakang Sosial Budaya Peserta Didik
Status sosial ekonomi, merupakan gabungan antara pendapatan, pekerjaan, dan tingkat pendidikan keluarga peserta didik. Status ini berhubungan erat dengan performans peserta didik. Pengaruh status sosial ekonomi ini bekerja melalui: kebutuhan dasar dan pengalaman, keterlibatan orangtua, dan sikap-sikap serta nilai-nilai. Oleh karena itu, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang aman dan terstruktur, menggunakan contoh yang bagus, mengaitkan bahan belajar dengan kehidupan siswa, dan menggiatkan ineraksi dalam kegiatan belajar.
Faktor Budaya menunjuk pada sikap-sikap, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan pola perilaku yang menjadi ciri suatu kelompok social. Factor ini mempengaruh keberhasilan dalam sekolah melalui sikap, nilai, dan cara pandang terhadap dunia. Sebagai bagian dari budaya, latar belakang etnik juga mempengaruhi keberhasilan peserta didik melalui sikap dan nilai-nilai. Implikasinya, guru harus memahami peserta didiknya dengan: (1) berusaha mempelajari kebudayaan peseta didik yang diajarnya, dan (2) berusaha menyadarkan peserta didik terhadap nilai-nilai dan keberhasilan orang-orang dari etnik dan budaya minoritas
4. Identifikasi Potensi Peserta Didik
Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dapat dikenali dari: 1) ciri-ciri (indikator) keberbakatan peserta didik dan 2) kecenderungan minat jabatan.
Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity) tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.
Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju dibandingkan peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada; mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba; peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya. (3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk; bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
1.                   Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang, keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2.                  Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa ingin tahu besar.
3.                  Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif,   terbuka.
4.                  Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap  kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama, sabar, bersahabat, rendah hati, menolong, dan hangat.
5.                   Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha. Ciri-cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka bicara.
6.    Tidak mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan. Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh konsisten
5. Proses Identifikasi Pontensi Peserta Didik
Potensi peserta didik dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual pada peserta didik. Ada dua cara pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi anak berbakat, yaitu dengan menggunakan data objektif dan data subjektif.
Identifikasi melalui penggunaan data objektif diperoleh melalui antara lain : a) skor tes inteligensi individual, b) skor tes inteligensi kelompok, c) skor tes akademik, dan d) skor tes kreativitas.
Sedangkan identifikasi melalui penggunaan data subjektif diperoleh dari: a) ceklis perilaku, b) nominasi oleh guru, c) nominasi oleh orang tua, d) nominasi oleh teman sebaya dan e) nominasi oleh diri sendiri.
Biasanya prestasi akademik yang dilihat dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran : Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator) keberbakatan yang terkait.
6. Kemampuan Awal  Peserta Didik
Kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum materi baru diperoleh. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi.
Kemampuan awal atau prior knowledge (PK) merupakan langkah penting di dalam proses belajar. Dari berbagai penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar memerlukan suasana stabil, nyaman dan familiar atau menyenangkan. Lingkungan belajar, dalam konteks PK, harus memberikan suasana yang mendukung keingintahuan peserta didik, semangat untuk meneliti atau mencari sesuatu yang baru, bermakna, dan menantang. Menciptakan kesempatan yang menantang para peserta didik untuk ”memanggil kembali” PK merupakan upaya yang esensial.
Dengan cara-cara tersebut maka pengajar/instruktur/fasilitator mendorong peserta didik untuk mengubah pola pikir, dari mengingat informasi yang pernah dimilikinya menjadi proses belajar yang penuh makna dan memulai perjalanan untuk menghubungkan berbagai jenis kejadian/peristiwa dan bukan lagi mengingat-ingat pengalaman yang ada secara terpisah-pisah. Dalam seluruh proses tadi, PK merupakan elemen esensial untuk menciptakan proses belajar menjadi sesuatu yang bermakna.
Dalam proses belajar, PK merupakan kerangka di mana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajari olehnya. Proses membentuk makna melalui membaca didasarkan atas PK di mana peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya.
7. Kesulitan Belajar Siswa
Cooney, Davis & Henderson (1975) mengidentifikasikan beberapa faktor penyebab kesulitan tersebut, di antaranya:
1) Faktor Fisiologis
Faktor ini meliputi kurang berfungsinya otak, susunan syaraf ataupun bagian-bagian tubuh lain. Para guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memroses, menyimpan, ataupun memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan.
Di samping itu, siswa yang sakit-sakitan, tidak makan pagi, kurang baik pendengaran, penglihatan ataupun pengucapannya sedikit banyak akan menghadapi kesulitan belajar. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk membantu siswanya, seorang guru hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkait dengan kesulitan siswa ini.
2) Faktor Sosial
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan kecerdasan siswa sebagaimana ada yang menyatakan bahwa sekolah adalah cerminan masyarakat dan anak adalah gambaran orang tuanya. Oleh karena itu ada beberapa faktor penyebab kesulitan belajar yang berkait dengan sikap dan keadaan keluarga serta masyarakat sekeliling yang kurang mendukung siswa tersebut untuk belajar sepenuh hati.
Intinya, lingkungan di sekitar siswa harus dapat membantu mereka untuk belajar semaksimal mungkin selama mereka belajar di sekolah. Dengan cara seperti ini, lingkungan dan sekolah akan membantu para siswa, harapan bangsa ini untuk berkembang dan bertumbuh menjadi lebih cerdas. Siswa dengan kemampuan cukup seharusnya dapat dikembangkan menjadi siswa berkemampuan baik, yang berkemampuan kurang dapat dikembangkan menjadi berkemampuan cukup. Sekali lagi, orang tua, guru, dan masyarakat, secara sengaja atau tidak sengaja, dapat menyebabkan kesulitan bagi siswa. Karenanya, peran orang tua dan guru dalam membentengi para siswa dari pengaruh negatif masyarakat sekitar, di samping perannya dalam memotivasi para siswa untuk tetap belajar menjadi sangat menentukan.
3) Faktor Kejiwaan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang mendukungnya perasaan hati (emosi) siswa unutuk belajar secara sungguh-sungguh. Karenanya, tugas utama yang sangat menentukan bagi seorang guru adalah bagaimana membantu siswanya sehingga mereka dapat mempelajari setiap materi dengan baik.
Yang perlu mendapatkan perhatian juga, hukuman yang diberikan seorang guru dapat menyebabkan siswanya lebih giat belajar, namun dapat juga menyebabkan mereka tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, guru hendaknya jangan hanya melihat hasilnya saja, namun hendaknya menghargai usaha keras siswa. Dengan cara seperti ini, diharapkan si siswa akan lebih berusaha lagi.
Intinya, tindakan seorang guru dapat mempengaruhi perasaan dan emosi siswanya. Tindakan tersebut dapat menjadikan seorang siswa menjadi lebih baik, namun dapat juga menjadikan seorang siswa menjadi tidak mau lagi untuk belajar suatu mata pelajaran.
4) Faktor Intelektual
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan kurang sempurna atau kurang normalnya tingkat kecerdasan siswa. Para guru harus meyakini bahwa setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda. Ada siswa yang sangat sulit menghafal sesuatu, ada yang sangat lamban menguasai materi tertentu, ada yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat dan juga ada yang sangat sulit membayangkan dan  bernalar. Hal-hal yang disebutkan tadi dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar pada diri siswa tersebut. Di samping itu, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah para siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat.
5) Faktor Kependidikan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa ini berkait dengan belum mantapnya lembaga pendidikan secara umum. Guru yang selalu meremehkan siswa, guru yang tidak bisa memotivasi siswa untuk belajar lebih giat, guru yang membiarkan siswanya melakukan hal-hal yang salah, guru yang tidak pernah memeriksa pekerjaan siswa, sekolah yang membiarkan para siswa bolos tanpa ada sanksi tertentu, adalah contoh dari faktor-faktor penyebab kesulitan dan pada akhirnya akan menyebabkan ketidak berhasilan siswa tersebut.
Idealnya, setiap guru harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu siswanya keluar dari setiap kesulitan yang menghimpitnya. Namun hal yang perlu diingat, penyebab kesulitan itu dapat berbeda-beda. Ada yang karena faktor emosi seperti ditinggal saudara kandung tersayang ataupun karena faktor fisiologis seperti pendengaran yang kurang. Untuk itu, para guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan dan penyebabnya lebih dahulu sebelum berusaha untuk mencarikan jalan pemecahannya. Pemecahan masalah kesulitan belajar siswa sangat tergantung pada keberhasilan menentukan penyebab kesulitan tersebut.
Daftar Pustaka
Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching Secondary School Mathematics. Boston : Houghton Mifflin Company



Popular Posts

Jam

Visiters

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

 
Copyright© 2011 Welcome To Wahyu Wiyata | Template Blogger Designer by : shadowN3' |
Template Name | ShadowN3 : shadowN3 | shadowN3